Sejarah asal usul Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin
0
komentar
Jepara - Silsilah Ratu Kalinyamat
Sosok Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin memang tak asing bagi rakyat
Jepara. Nah sekarang tahukah anda siapa Ratu Kalinyamat dan Sultan
Hadlirin? pertanyaan ini memang terdengar agak lucu tapi jika anda
merasa orang jepara tapi tak tahu Sejarah Kota Jepara mungkin terdengar sangat lucu dan aneh ! nah berikut sejarahnya.
Ada beberapa versi cerita mengenai siapa sebenarnya Kanjeng Ratu
Kalinyamat. Menurut babad tanah jawi edisi Meinsma, Ratu kalinyamat
adalah seorang putri pangeran Trenggono dan cucu Raden patah, Sultan
Demak yang pertama. Dari perkawinannya dengan putrid cina Cina, Raden
patah mempunyai enam anak. Yang paling seorang putri, Ratu Mas kawin
dengan pangeran Cirebon. Adik-adiknya berjumlah lima orang semunya
laki-laki, masing-masing pangeran Sabrang Lor, Pangeran Sedo Lepen,
Pangeran Trenggono, Raden Kanduruwan dan Raden Pamekas.
Siapa nama sebenarnya Kanjeng ratu kalinyamat ini , ada beberapa yang
mencoba di hubungkan. Naskah Hikayat Hasanuddin dari banten menyebutnya
dengan julukan Arya Jepara. Sumber lain menyebutkan ia bernama asli Ratu
Kencana sementara juru kunci makam menuturkan bahwa nama aslinya ialah
Raden Ayu Wuryani.
Kekuasaan Pemerintahan Sultan Hadlirin
Begitulsh akhirnya Raden Toyib diberi gelar Sultan Hadlirin dan menjadi
adipati Jepara sekaligus merupakan pengampu putra mahkota Aria Pangiri
yang belum dewasa. Penobatan tersebut kira-kira terjadi pada tahun 1536
dan tetap menjadikan Kalinyamat sebagai pusat pemerintahan. Kekuasaannya
meliputi negeri Jepara, Pati, Rembang dan Juana.
Setelah penobatan suaminya lebih bersifat pendamping.saja. hampir semua
urusan pemerintahan di serahkan kepada Sultan Hadlirin, bahkan Patih Cie
Wie Gwan (ayah angkat sewaktu di Tiongkok) kini diundang oleh Sultan
Hadlirin untuk dating ke Jepara, dan akhirnya diangkat sebagai patih
kerajaan guna membantu pemerintahan Sultan Hadlirin.
Menikah Dengan Putri Sunan Kudus
Tahun demi tahun berlalu, pemerintahan Sultan Hadlirin dengan di
dampingi oleh istrinya dengan gaya kepemimpinan yang adil dan bijaksana
berjalan sangat maju dan pesat. Bahkan Bandar Jepara menjadi semakin
ramai saja. Namun setelah lama perkawinannya dengan Ratu Kalinyamat
Sultan Hadlirin belum jua di di beri momongan. Hingga Sultan mengambil
anak dari Sultan Hasanuddin dari banten yang bernama Dewi Wuryan
Retnowati sebagai anak angkatnya. Sayang putri angkatnya meninggal
sebelum usia baligh. Perasaan Kanjeng Ratu sangat gelisah sepeninggal
putri angkatnya karena sampai saat itu belum jua di kasih keturunan, hal
itu beralasan kuat mengingat kekuasaannya sangat luas. Jika belum jua
di kasih lantas siapa yang meneruskan ketahtaannya itu ? di dorong
dengan kegelisahan tersebut Kanjeng Ratu berupaya mencari jalan keluar
pemecahannya. Setelah berpikir-pikir lama akhirnya sultan di perbolehkan
menikah lagi. Dan di putuskan sultan Hadlirin menikah dengan putrid
sunan kudus bernama Raden Ayu Pridobinabar, perkawinan tersebut
seakan-akan mengabungkan dua kekuasaan antara Jepara dan Kudus. Konon
semua urusan berkaitan dengan pernikahan Sultan Hadlirin dengan Putri
sunan Kudus di Urus oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat .
Wafatnya Sultan Hadlirin
Ada dua penuturunan cerita tentang kematian Sultan Hadlirin meski kedua
penuturunan itu menyatakan Arya Jipang atau Arya Penangsang yang
membunuhlah Sultan Hadlirin.
Versi Pertama
Penuturan yang pertama mencoba menghubungkan pembunuhan dengan krisis
perebutan tahta di Demak Bintoro. Sehingga dalam penyebab kematian
tersebut bebrbau politik.
Ketika Demak terjadi krisis hebat dalam perebutan tahta kerajaan, konon
kekuasaan Sultan semakin memuncak. Setelah Raden Patah meninggal yang
disusul pula dengan Pangeran Sabrang Lor, Sultan Demak II, tahta
kerajaan harusnya berpindah tangan ke adiknya yang paling tua yaitu
Pangeran Seda Lepen. Namun ia harus juga meninggal setelah di bunuh oleh
Sunan Prawoto yang nampaknya telah mengincar tahta kerajaan Demak.
Karena pembunuhan tersebut tahta kerajaan jatuh ke tangan Pangeran
Trenggana ayah Sunan Prawoto. Setelah Pangeran meninggal cita-cita Sunan
Prawoto tercapai, ia menjadi pewaris tahta kerajaan Demak. Namun Arya
Penangsang menjadi geram karena pembunuh ayahnya menjadi malah muncul
sebagai Sultan Demak. Bahkan ia menuntut haknya sebagai pewaris
kesultanan Demak yang sah. Maka Arya Penangsang menyuruh abdinya yang
bernama Rangkut untuk membunuh Sunan Prawoto. Usaha tersebut berhasil,
tapi kekuasaan dan kekayaan jatuh ketangan Sultan Hadlirin yang
sekaligus mendapat hak menjadi pengampu Arya Pangiri, putra mahkota
kerajaan Demak hingga dewasa. Hal itu bias terjadi karena istri Sultan
Hadlirin adalah kakaknya Sunan Prawoto. Tentu saja Kanjeng Ratu
Kalinyamat dan Sultan Hadlirin meminta keadilan atas perbuatan murid nya
kepada Sunan Demak, Arya Penangsang. Tapi Sunan Kudus membenarkan
perbuatan Arya Penangsang malah ia berkata “kakamu telah hutang pati
pada Arya Penangsang oleh karenanya kakakmu bagaikan membayar hutang
saja”. Kanjeng Ratu menjadi kecewa atas perkataan Sunan Kudus dan ia
segera pulang bersama suaminya. Namun di tengah perjalanan itu ia
dihadang oleh utusan Arya Penangsang yang memang di tugaskan untuk
mencegatnya dan suaminya. Dalam pencegatan itulah akhirnya Sultan
Hadlirin berhasil dibunuh oleh Arya Penangsang. Hal itu terjadi
kira-kira tahun 1471 tahun Jawa atau 1549 M.
Versi Kedua
Sebuah penuturan hikayat menyatakan bahwa Sultan Hadlirin ikut andil
dalam pembanguna masjid menara Kudus. Konon sebelum pembangunan masjid,
Sunan Kudus mengumpulkan segenap keluarganya dan pembantunya, Sunan
Kudus membagi tugas dalam permusywaratan ternyata Sultan mendapat tugas
untuk membuat mihrab masjid. Segera diputuskan pula bahwa masjid harus
jadi pada hari Jum’at Wage. Seluruh bagian-bagian masjid harus
terkumpul, entah kenapa pada hari itu Sultan tidak hadir ke lokasi
pendirian masjid. Sunan kudus masih bersabar ia berpikir barangkali ada
urusan mendadak sehingga Sultan tak bias hadir. Singkat cerita setelah
lama belum munculakhirnya tiba-tiba Sultan muncul. Tentu saja Sunan Mau
memarahinya, malah ia langsung kebelakang masjid. Dalam hati Sunan Kudus
merasa heran mau apa menantunya itu. Sunan terus mengamati ia semakin
heran melihat sultan Hadlirin memunguti daun-daun pisang yang telah
kering(jawa=klaras) dan mengikat dengan talu pada tiang-tiang yang
dipancangkan pada tempat mihrab. Memdadak Sunan mendengar gelegar cambuk
tiga kali, mendadak terkejut sebab yang tadinya hanya sekumpulan klaras
yang di ikat telah berubah menjadi sebuah tembok yang kuat. Tanpa
bertele Sultan pergi tanpa berpamitan dan langsung kembali ke Jepara.
Segera sepeninggal Sulta tiba-tiba telah berdiri dengan megahnya. Tentu
saja membuat perasaan Sunan menjadi marah dan geram ia mnendang mihrab
itu, konon Sunan sampai terjengkang jengkang. Ia merasa Sultan pamer
kesaktian di depannya. Ia merasa di remehkan dan di hina, akhirnya ia
memanggil Arya Penangsang dan menuruh untuk membunuh Sultan Hadilrin.
Padahal Arya Penangsang sendiri merasa takut dan gentar mengdapi Sultan
Hadlirin. Maka ia memrintahka abdinya dan menyuruh untuk membunuh sultan
dan langsung mengejar sultan. Setelah terkejar abdinya merasa gemetar
untuk menghadapi sultan.Sultan merasa terkejut ada orang yang
menghadangnya, ia bertanya apa sebenarnya yang di inginkannya, karena
takut abdi itu berterus terang bahwa dia di utus untuk membunuh nya.
Sungguh heran, Sultan Hadlirin tak sedikit pun marah. Bahkan seakan-akan
ia sudah tahu ajalnya telah tiba. Ia menyuruh segera abdinya untuk
melaksanakan tugasnya. Akhirnya sultan berhasil di bunuh.
Ratu kalinyamat Bertapa
Tahun inin adalah tahun yang berkabung. Betapa tidak dua orang yang
dicintainya, suaminya kakaknya suami yang terkasih harus meninggalkan
dia. Peristiwa tersebut membuat Kanjeng Ratu sangat tertekan dan
nelangsa. Maka didoronglah oleh kesedihannya yang berat, ia bersumpah
akan terus bertapa sampai Arya Penangsang terbunuh.
Dalam pertapaan Kanjeng ratu menjalankan tirakat “Topo Wudo” atau telanjang. Ini naskah ‘Babad Tanah Jawi’ yang dituturkan dalam rakitan tembang Pangkur yang sangat memikat.
“Nimas Ratu KalinyamatTilar pura mratapa aneng wukirTapa wuda sinjang rambutApane wukir DonorojoAprasapa nora tapih-tapihan angsunYen tan antuk adiling hyangPatine sedulur mani’Artinya :“Nimas Ratu KalinyamatMeninggalkan istana bertapa di gunungBartapa telanjang berkain rambutDi gunung DonorojoBersumpah tidak (akan) sekali-kaliMemakai pakain akuJika tidak memperoleh keadilan Tuhan(atas) meninggalnya saudaraku’
Ungkapan bahwa Ratu kalinyamat bertapa “dengan telanjang” dan
berkain rambut haruslah di beri penafsiran dan di artikan apa adanya.
Perkataan ‘wuda” dalam bahasa jawa tidah hanya telanjang. Akan tetapi
bisa kiasan “tidak mengenakan perhiasaan yang bagus-bagus dan pakain
yang indah-indah.
Kepergian Kanjeng Ratu membuat suasana geger keratin. Tak urung Adipati
pajang, Prabu Hadiwijaya bersama Ki Pamahan dan Ki Panjawi melacak dan
mencari kemana perginya Kanjeng Ratu Kalinyamat untuk bertapa.
Sebenarnya keberadaan tempat pertapaan Kanjeng Ratu tidak jauh dari
keratin hanya berjarak beberapa maeter kea rah timur dari pesanggrahan.
Apalagi letaknya juga berada di pinggir sungai sehingga cocok untuk
bertirakat. Tempat itu sampai sekarang di sebut dengan nama “Gilang”
berasal dari kata gilang-gilang atau luas. Bahkan masih di temukan batu
bekas alas Ratu untuk Sholat dan Wudlu. Adipati Hadiwijaya akhirnya
menyusul ke tempat Pertapaannya Ratu dan membujuk Ratu untuk kembali ke
keratin, namun tekad Ratu sudah bulat ia tak kan pulang sebelum Arya
penangsang mati terbunuh. Bahkan Ratu berpindah tempat tapa ke Gunung
Donorojo (Donoroso) kembali Adipati Hadiwijaya menyusul dan membujuk
agar turun dari pertapaannya namun kembali Kanjeng ratu menolaknya.
Dalam kesempatan itu Ratu meminta untuk membunuh Arya Penangsang aka
tetapi Adipati Pajang menolak. Berkat desakan Ki Pamanahan dan Ki
Panjawi Adipati Hadiwijaya mau melakukannyan.
Malam harinya bersama Ki Pamanahan, Ki panjawi dan Ki Juru Mertani
berunding mangatur siasat. Akhirnya Adipati Hadiwijaya membuat sayembara
“Barng siapa yang berani membunuh Arya Penangsang Sultan Pajang akan
memberi hadiah negeri Pati dan Mataram. Tak seorang pun berani untuk
menyanggupi maju melawan Arya Penangsang. Kemabali mereka berunding dan
akhirnya diutuslah Danang Sutowijoyolah yang maju menghadapi Arya
penangsang. Setelah strategi di rencanakan dengan matang berangkat lah
Danang Sutowijoyo yang di bekali dengan tombak yang sakti bernama Kyai
Pleret, bersama Ki Pamanahan, Ki Panjawi, Ki Juru Mertani serta kurang
lebih 200 orang kea rah bengawan Caket dan bersiap menghadang Arya
Penangsang.
Alkisah Ki Pamanhan mendekati penyabit rumput yang biasa memberi makan
kuda-kuda milki Aryo Penangsang. Telinga penyabit rumput itu di potong
dan sebuah surat tantangan di gantungkan pada bekas potongan telinga
itu. Penyabit itupun dengan mengerang-erang krsakitan berlari kerumah
tuannya. Setelah sampai di pintu gerbang istana Ki Mataun, Patih negeri
Jipang terkejut. Ia membayangkan Gustinya pasti akan marah bila
mengetahuinya. Karena itulah ia melarangnya menghadap Aryo penangsang.
Waktu itu Aryo Penangsang edang makan. Ia mendengar keributan di luar,
ia memanggil Ki Mataun dan menanyai sebab keributan di luar. Sat itu
juga Aryo Penangsang melihat abdinya berlumuran darah. Maksud dari surat
itu adalah Jika benar-benar kamu laki-laki,ayo berperang tanding tanpa
bala tentara menyeberanglah ke barat Bengawan aku tunggu sekarang”
Dengan tergesa-gesa dan muka yang merah Aryo Penangsang langsung
menunggangi si Gagak Rimang(kuda kebanggannya). Maka langsunglah Aryo
Penangsang langsung berangkat tanpa bala tentaranya. Setelah sampai di
Bengawan Sore-Coket, konon masyarakat disitu beranggapan bila ingin
berperang tapi melewati Bengawan Coket akan memui kesialan. Benar
anggapan masyarakat itu terjadi setelah Gagak Rimang melihat kuda
berwarna putih bersih mendadak timbl birahinya. Ia segera
melonjak-lonjak tanpa bisa lagi dikendalikan oleh tuannya. Ketika ia
masih berusaha mengendalikan kuda banal yang dibakar birahi tersebut,
Danang Sutawijaya berhasil menikam Arya Penangsaang dengan kyai
Pleretnya itu. Usus Arya pun terburai keluar, namun usaha tersebut
nampaknya belum juga berhasil bahkan usunya yang terurai itu sisampirkan
ke hulu kerisnya. Gagak Rimang memang banal ia terus mengejar kuda
putih Danang Sutawijaya yang memang di bawa menjauh. Setelah berhasil
mengejar Danang Sutawijaya ia bermaksud mencabut keris pusaka setan
kober miliknya, ia betul-betul lupa bahwa ususnya masih menyangkut di
hulu kerisnya. Maka terputuslah usunya yang terburai dengan bersamaan
tercabutnya setan kober dari rangkanya. Maka tewaslah Aryo Penangsang
dengan mengenaskan dan tragis.
Penobatan Ratu kalinyamat
Setelah kematian suminya yang menjadi Adipati Jepara tanpa
meninggalkan putra yang menjadi penggantinya. Dan setelah selesai
pertapaannya dinobatkanlah Kanjeng ratu Kalinyamat sebagai ratu di
Jepara. Pentasbian ini terjadi dengan di tandainya Surya Sengkala :
“Trus Karya Tataning Bumi” atau kira-kira tahun 1549 M dengan dugaan
tanggal 12 Rabi’ulAwal.
Ratu Kalinyamat merupakan seorang kepala keperintahan yang cakap dan di segani. Bahkan sumber sejarah Portugis De Couto dalam bukunya yang terkenal “Da Asia” menyebutkan Ratu Kalinyamat “Rainha de jepara senhora ponderosa e rica”. Artinya Raja jepara,
seorang perempuan yang kaya dan mempunyai kekuasaan besar. Kebesaran
dan kehebatan kekuasaan Ratu Kalinyamat dapat di lihat dari serangan
yang di lakukan ketika ia masih berkuasa. Pada tahun 1550 yang kemudian
di ulanginya 1574 ia menyerang orang Portugis di Malaka.
Bedhahe Kalinyamat
Bagaimapun besar dan kuatnya Ratu Kalinyamat ia tetaplah manusia biasa
yang tak luput dari takdir illahi. Ia adalah manusia biasa yang suatu
saat harus kembali memenuhi panggilan Tuhanya. Sayangnya tahun berapa
dank arena peristiwa apa kemangkatan Ratu ini tak di ketahui secara
pasti. Tak ada sumber yang menyebutkan tak ada peningggalan yang dapat
di buktikan. Bahkan karyaikarya tulisan Jawa pun tak satupun
mencantumkanperistiwa ini. Ada sementara kemungkinan yang mengatakan
bahwa Kanjeng ratu Kalinyamat baru saja meninggal tahun 1579 M. demikian
juga dengan penerus kerajaan kalinyamat setelah kemangkatan beliau.
Siapakah penggantinya? Bagaimana kepemimpinannya? Tak satupun
sumber-sumber otentik yang menyebutkannya.
Sementara anggapan di kalangan para sejarawaan, bahwa kedudukan ratu
Kalinyamat digantikan oleh sultan Hasanuddin dari Banten yang tergolong
masih keponakan sekaligus sebagai anak anggkatnya. Menurut versi ini,
anak angkat ini bergelar Pangeran Jepara. Sayang, pada
masa pemerintahan Pangerang Jepara ini terjadi pemberontakan di Pajang
oleh Mataram yang berakhir dengan kekalahan pihak Pajang. Sehinnga
pemberontakan ini terjadi pada tahun 1578 mengakibatkan keruntuhan
Kesultanan Pajang.
Dua belas tahun kemudian, tiba giliran Jepara di serang bala tentara
Mataram. Agaknya kali ini Jepara keteteran membendung serangan Mataram
yang dahsyat. Maka tak ayal lagi, Kerajaan Jepara bernasib
serupa dengan Pajang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1599 M yang
meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Kalinyamat yang di kenal dengan ssebutan
Bedhahe Kalinyamat.
Sejarah dan Asal Usul Sultan Hadlirin
Sebenarnya Sultan Hadlirin bukan asli orang Jepara melainkan orang
aceh.semasa kecilnya sultan Hadlirin bernama Raden Toyib. Beliau
merupakan putra dari raja yang berkuasa di wilayah aceh yang bernama
Syech Mukhayyat Syah. Raden Toyib memilki kakak bernama Raden Takyim.
Perbedaan yang mencolok dari Raden Takyim dan Toyib adalah Raden
Takyimsuka berfoya-foya, malas serta bermewah-mewahan sedangkan raden
Toyib lebih memilih mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tata
pemerintahan. Setelah Syech Mukhayyat syah merasa dirinya telah uzur dan
lanjut usia beliau bermaksud mengankat Raden Toyib sebagai seorang
sultan, karena kecakapannya dan ketekunananya mempelajari ilmu-ilmu
pemerintahan meskipun yang lebih berhak menjadi sultan adalah kakaknya
Raden Takyim.
Karena pengangkatan raden Toyib sebagai sultan menimbulkan konflik baru,
maka ketika mengetahui masalah tersebut raden Toyib dengan suka rela
menyerahkan tahtanya kepada raden Takyim, karena sebenarnya Raden Toyib
tidak mementingkan jabatan seorang sultan hanya saja atas desakan
ayahandanya beliau mau menerima jabatan itu.
Begitulah akhirnya raden Toyib pergi mengembara dengan bantuan kapal
para pedagang ia berhasil keluar dan mengarungi lautan luas tanpa tujuan
yang pasti, kecuali satu niat untuk menegmbangkan agama islam.
Konon beliau terdampar di daratan Tiongkok. Bahkan kebetulan sekali
raden Toyib diangkat anak oleh seorang patih Tionghoa yang bernama Cie
Wie Gwan. Karena loghatnya orang cina dibut namanya dengan Toyab.
Singkat cerita setelah 5 tahun tinggal di di rumah patih Cie Wie Gwan,
Raden Toyib mengembara lagi. Akhirnya beliau terdampar di pelabuhan
pesisir pantai utara yang bernama Bandar Jepara. Saat itu
Bandar Jepara merupakan pelabuhan perdagangan yang sudah ramai. Sebab ia
merupakan salah satu dari delapan buah kerajaan yang merdeka di Jawa
dan Madura. Masing-masing Banten, Jakarta, Cirebon Prawoto, Kedu, Madura
dan Kalinyamat.sehinnga Bandar jepara merupakan garis pelayaran dan
perdagangan negeri malaka.
Konon untuk menyebarkan agama islam beliau menyamar dengan memakai
pakaian ala kadarnya. Karena keramahannya dalam menyiarkan agama islam
banyak orang tanpa terasa telah berubah keyakinannya dari agama Hindu
Budha beralih kepada ke taukhid Islam yang bawa Raden Toyib.
Beberapa lamanya tinggal di Jepara tiba-tiba tanpa suatu alasan yang
pasti Raden Toyib ingin mengbdikan dirinya ke kerajaan Kalinyamat yang
menguasai Jepara saat itu. Setibanya di kraton kepada penjaga istana
dengan terus terang Raden Toyib menyampaikan maksudnya ingin menghadap
kanjeng Ratu kalinyamat. Permintaan tersebut di kabulkan dan akhirnya
kanjeng Ratu Kalinyamat memberi pekerjaan sebagai tukang kebon.
Pada suatu hari kanjeng ratu berkenan memeriksa kerajaannya. Tiba-tiba
hati kanjeng Ratu berdebar-debar beliau merasa raden Toyib bukan manusia
biasa. Kangjeng Ratu langsung menyai asal-usulnya, Raden Toyib tidak
mau mengaku ia langsung di masukkan ke dalam penjara. Entah mengapa
Raden toyib mau menceritakan asal usulnya kepada kanjeng ratu. Hati
kanjeng ratu menjadi berdebar-debar untuk kedua kalinya, kanjeng ingat
ramalan mendiang ayahnya tentang jodohnya yang bukan bersal dari
kalangan mayrakat pribumi Jawa melainkan negeri seberang.
Karena Raden Toyib adalah seorang anak muda yang gagah perkasa tampan
rupawan, hati Ratu kalinyamat tak karuan hati wanita mana yang tak
menolak raden Toyib. Ia merasa bukan mustahil Raden Toyib adalah
jodohnya. Hingga akhirnya Ratu kalinyamat meminta Raden Toyibuntuk
menikahinya. Setelah menikah Ratu Kainyamat menyerahkan tahtanya kepada
suaminya Raden Toyib.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sejarah asal usul Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin
Ditulis oleh jepara kopi
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://kopi-jepara.blogspot.com/2016/02/sejarah-asal-usul-ratu-kalinyamat-dan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh jepara kopi
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar